sebut saja namanya ini widya gadis berumur 18 tahun
yuk kita baca aja langsung cerita nya :)
sebut saja namaku widya, ketika itu aku duduk di bangku SMA swasta. body aku sih bisa di bilang ya seksi hehe . dengan suka luluran,perawatan membuat kulit ku putih dan seksi
dan aku banyak teman di sekolah.
Karna kepandaianku bergaul serta pintar berteman seringkali juga beberapa guru suka padaku dalam makna kata dapat di ajak berdiskusi masalah pelajaran serta pengetahuan umum yang beda. Satu diantara guru yang saya gemari yaitu ayah guru bhs Inggris, orangnya ganteng dengan sisa cukuran brewok yang aduhai di sekitar berwajah, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit daripada saya) serta ramping namun cukup kekar.
Dia memanglah masih tetap bujangan serta yang saya dengar-dengar usianya baru 27 th., termasuk juga masih tetap bujangan yang begitu ting-ting bagi ukuran jaman saat ini.
Satu hari sesudah usai pelajaran olah raga (volley ball adalah favoritku) saya sekedar duduk istirahat di kantin dengan beberapa rekanku yang beda, termasuk juga cowok-cowoknya, sambil minum es sirup serta konsumsi makanan kecil.
Kita yang cewek-cewek masih tetap memakai baju olah raga yakni baju kaos serta celana pendek. Memanglah di situ cewek-ceweknya tampak seksi karna terlihat pahanya termasuk juga pahaku yang cukup indah serta putih.
Mendadak keluar ayah guru bhs Inggris itu, sebut saja namanya Irfan (bukanlah sesungguhnya) serta kita semuanya katakan, “Selamat pagi Paa.. aak”, serta dia membalas sambil tersenyum.
“Ya, pagi semuanya. Wah, kalian lelah ya, habis main volley”.
Saya menjawab, “Iya nih Pak, sekali lagi kepanasan. Usai ngajar, ya Pak”. “Iya, kelak jam 1/2 dua belas saya ngajar sekali lagi, saat ini ingin ngaso dulu”.
Saya serta rekan-rekan mengajak, “Di sini saja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia sepakat.
“OK, bebrapa bisa saja bila kalian tidak keberatan”!
Saya serta rekan-rekan katakan, “Tidak, Pak. ”, lantas saya menimpali sekali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lantas rekan-rekan yang beda, “Naa.. aa, betuu.. uul. Setujuu.. ”.
Saat Pak Irfan ambil tempat bagi duduk segera saya mendekat karna memanglah saya suka juga akan kegantengannya serta kontan rekan-rekan ngatain saya.
“Alaa.., Widya, segera deh, deket-deket, janganlah ingin Pak”.
Pak Irfan menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.
Lalu berniat saya menggoda sedikit pandangannya dengan menambah satu diantara kakiku seakan juga akan membenarkan sepatu olah ragaku serta karna masih tetap memakai celana pendek, terang tampak keindahan pahaku. Terlihat Pak Irfan tersenyum serta saya berpura-pura mohon maaf.
“Sorry, ya Pak”.
Dia menjawab, “That’s OK”. Didalam hati saya tertawa karna telah dapat memengaruhi pandangan Pak Irfan.
Di satu hari Minggu saya punya niat pergi ke tempat tinggal Pak Irfan serta pamit pada Ibu serta Ayah bagi main ke tempat tinggal rekan serta pulang agak sore dengan argumen ingin kerjakan PR bersama.
Dengan kebetulan juga Ibu serta papaku mengizinkan demikian saja. Hari ini memanglah hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Saat tiba dirumah Pak Irfan, dia baru usai mandi serta kaget lihat kedatanganku.
“Eeeh Dya. Tumben, ada apa, kok datang sendirian? ”.
Saya menjawab, “Ah, tidak iseng saja. Sebatas ingin tahu saja tempat tinggal bapak”.
Lantas dia mengajak masuk kedalam, “Ooo, demikian. Ayolah masuk. Maaf tempat tinggal saya kecil begini. Tunggulah, ya, saya pakai baju dulu”. Memanglah terlihat Pak Irfan cuma kenakan handuk saja. Selang beberapa saat dia keluar serta ajukan pertanyaan lagi mengenai keperluanku. Saya sebatas menerangkan, “Cuma ingin bertanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.
Dia tersenyum, “Saya kost disini. Sendirian. ”
Setelah itu kita berdua diskusi masalah bhs Inggris hingga tiba saat makan siang serta Pak Irfan bertanya, “Udah laper, Dya? ”.
Saya jawab, “Lumayan, Pak”.
Lantas dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggulah sebentar yadirumah. Saya ingin ke warung di ujung jalan situ. Ingin beli nasi goreng. dya mau kan? ”.
Segera kujawab, “ok baik, Pak. ”.
Pada saat Pak Irfan pergi, saya di tempat tinggalnya sendirian serta saya berjalan-jalan hingga ke ruangan makan serta dapurnya. Karna bujangan, dapurnya cuma terisi seadanya saja. Namun tanpa ada disengaja saya lihat kamar Pak Irfan, pintunya terbuka serta saya masuk saja kedalam.
Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rack serta meja tulisnya, mulai dari majalah hingga buku, nyaris semua dari luar negeri serta nyatanya ada majalah porno dari luar negeri serta segera kubuka-buka.
Aduh! Gambar-gambarnya bukanlah main. Cowok serta cewek yang tengah bersetubuh dengan beragam tempat serta tak tahu mengapa yang paling menarik bagiku yaitu gambar dimana cowok dengan asiknya menjilati vagina cewek serta cewek tengah menghisap penis cowok yang besar, panjang serta kekar.
Tidak diduga-sangka nada Pak Irfan mendadak terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Dya. Mari kita makan, kelak keburu dingin nasinya”.
Astaga! Begitu kagetnya saya sambil melihat ke arahnya namun terlihat berwajah bebrapa umum saja. Majalah selekasnya kulemparkan ke atas tempat tidurnya serta saya selekasnya keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti.. ti.. tidak, eh, eng.. ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa.. aa.. aaf, ya, Pak”.
Pak Irfan cuma tersenyum saja, “Ya. Telah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik bagi diliat-lihat. Kita makan saja, yuk”.
Syukurlah Pak Irfan tidak geram serta membentak, hatiku terasanya tenang kembali namun rasa malu belum juga dapat hilang dengan selekasnya.
Ketika makan saya ajukan pertanyaan, “Koleksi bacaannya sangat banyak Pak. Memang pernah di baca semuanya, ya Pak? ”.
Dia menjawab sembari memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa.. aah, belum juga semuanya. Lumayan buat iseng-iseng”.
Lantas saya memancing, “Kok, barusan ada yang begituan”.
Dia ajukan pertanyaan sekali lagi, “Yang begituan yang mana”.
Saya ajukan pertanyaan dengan agak malu serta tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuch. Emm.., Majalah jorok”.
Lalu dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dahulu oleh-oleh dari rekan saya saat dia ke Eropa”.
Usai makan kita ke ruangan depan sekali lagi serta kebetulan sekali Pak Irfan tawarkan saya bagi melihat-lihat koleksi bacaannya.
Lantas dia tawarkan diri, “Kalau dya serius, kita ke kamar, yuk”.
Akupun segera beranjak kesana. Saya selekasnya ke kamarnya serta kuambil sekali lagi majalah porno yang tergeletak diatas tempat tidurnya.
Demikian tiba didalam kamar, Pak Irfan ajukan pertanyaan sekali lagi, “Betul anda tidak malu? ”, saya cuma menggelengkan kepala saja. Sejak saat itu juga Pak Irfan dengan enjoy buka celana jeans-nya serta tampak olehku suatu hal yang besar di dalamnya, lalu dia menindihkan dadanya serta selalu makin kuat hingga menyentuh vaginaku. Saya menginginkan merintih namun kutahan.
Pak Irfan ajukan pertanyaan sekali lagi, “Sakit, Dya”. Saya cuma menggeleng, tak tahu mengapa mulai sejak itu saya mulai pasrah serta mulutkupun terkunci serupa sekali. Makin lama jilatan Pak Irfan makin berani serta menggila. Rupanya dia telah benar-benar terbius nafsu serta tidak ingat sekali lagi juga akan kehormatannya jadi Seseorang Guru. Saya cuma dapat mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.
Pada akhirnya saya lemas serta kurebahkan badanku diatas tempat tidur. Pak Irfan juga naik serta ajukan pertanyaan.
“Enak, Dya? ”
“Lumayan, Pak”.
Tanpa ada ajukan pertanyaan sekali lagi segera Pak Irfan mencium mulutku dengan ganasnya, begitu juga saya melayaninya dengan nafsu sambil satu diantara tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Merasa keras sekali serta rupanya telah berdiri prima.
Mulutnya mulai mengulum ke-2 puting payudaraku. Praktis kami berdua telah tidak bicara sekali lagi, semua telah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Irfan berhenti merangsangku serta ambil majalah porno yang masih tetap tergeletak diatas tempat tidur serta ajukan pertanyaan kepadaku sambil satu diantara tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya kedalam vagina seseorang cewek yang terlihat pasrah di bawahnya.
“Boleh saya begini, Dya? ”.
Saya tidak menjawab serta cuma mengedipkan ke-2 mataku perlahan-lahan. Mungkin saja Pak Irfan berasumsi saya sepakat serta segera dia mengangkangkan ke-2 kakiku lebar-lebar serta duduk dihadapan vaginaku. Tangan kirinya berupaya buka belahan vaginaku yang rapat, sedang tangan kanannya menggenggam penisnya serta mengarahkan ke vaginaku.
Terlihat Pak Irfan agak sulit bagi memasukan penisnya kedalam vaginaku yang masih tetap rapat, serta saya terasa agak kesakitan karna mungkin saja otot-otot sekitaran vaginaku masih tetap kaku. Pak Irfan memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Dya”.
Saya tidak menjawab karna menahan selalu rasa sakit serta, “Akhh.., bukanlah main perihnya saat batang penis Pak Irfan telah mulai masuk, saya cuma meringis namun Pak Irfan nampaknya telah tidak perduli sekali lagi, ditekannya selalu penisnya hingga masuk semuanya serta segera dia menidurkan badannya diatas badanku. Ke-2 payudaraku agak tertekan namun merasa nikmat serta cukup bagi menyeimbangi rasa perih di vaginaku.
Makin lama rasa perih beralih ke rasa nikmat searah dengan pergerakan penis Pak Irfan mengocok vaginaku. Saya terengah-engah, “Hah, hah, hah,.. ”.
Pelukan ke-2 tangan Pak Irfan makin erat ke badanku serta spontan juga ke-2 tanganku memeluk dianya serta mengelus-elus punggungnya. Makin lama pergerakan penis Pak Irfan makin berikan rasa nikmat serta merasa didalam vaginaku menggeliat-geliat serta berputar.
Saat ini rintihanku yaitu rintihan kesenangan. Pak Irfan lalu agak mengangkatkan tubuhnya serta tanganku ditelentangkan oleh ke-2 tangannya serta telapaknya mendekap ke-2 telapak tanganku serta menghimpit dengan keras ke atas kasur serta ouwww..,
Pak Irfan makin menguatkan serta percepat kocokan penisnya serta di berwajah kulihat raut yang gemas. Makin kuat serta selalu makin kuat hingga badanku bergerinjal serta kepalaku menggeleng kesana ke mari serta pada akhirnya Pak Irfan agak merintih berbarengan dengan rasa cairan hangat didalam vaginaku. Rupanya air maninya telah keluar serta selekasnya dia keluarkan penisnya serta merebahkan badannya di sebelahku serta terlihat dia masih tetap terengah-engah.
Sesudah semua tenang dia ajukan pertanyaan padaku, “Gimana, dya tidak apa-apa? Maaf, ya”.
Sambil tersenyum saya menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
Dia berkata sekali lagi, “Sama, saya juga”.
Lalu saya agak tersenyum serta tertidur karna memanglah saya capek, namun saya tidak paham apakah Pak Irfan juga tertidur.
dengan lemasnya tubuh ku, aku tak berdaya hingga aku pun pasrah jika pak irfan menggenjotku lagi
Sekitaran jam 17 : 00 saya dibangunkan oleh Pak Irfan serta rupanya pada saat saya tidur dia menutupi sekujur badanku dengan selimut. Terlihat olehku Pak Irfan cuma memakai handuk serta berkata, “Kita mandi, yuk dya mesti pulang kan? ”.
Sekitaran jam 17 : 00 saya dibangunkan oleh Pak Irfan serta rupanya pada saat saya tidur dia menutupi sekujur badanku dengan selimut. Terlihat olehku Pak Irfan cuma memakai handuk serta berkata, “Kita mandi, yuk dya mesti pulang kan? ”.
Tubuhku masih tetap agak lemas saat bangun serta dengan tetaplah dalam kondisi telanjang bulat saya masuk ke kamar mandi. Lalu Pak Irfan masuk membawakan handuk spesial untukku.
Di situlah kami berdua sama-sama bertukaran bersihkan badan serta akupun tidak canggung sekali lagi saat Pak Irfan menyabuni vaginaku yang memanglah di sekelilingnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin saja luka dari selaput daraku yang robek. Demikian halnya saya, tidak terasa jijik sekali lagi memegang-megang serta bersihkan penisnya yang perkasa itu.
Sesudah semuanya usai, Pak Irfan membikinkan saya teh manis panas secangkir. Merasa sangat nikmat serta merasa badanku jadi fresh kembali. Sekitaran jam 17 : 45 saya pamit bagi pulang serta Pak Irfan berikan ciuman yang cukup mesra di bibirku.
Susah cari Situs judi online yang bisa di percaya...?
BalasHapusMari gabung di AGEN BANDARQ TERBAIK
Bonus Refferal 20%
Bonus Turn Over 0,5%
Agen Judi Online Terbesar dan Terpercaya se asia
Daftar dan buktikan sendiri sekarang juga..
WHATSAPP : +855967646513
PIN BB : 2B382398